Search

7.12.19

Rindu Kamu

Ketika semesta mempertemukanku denganmu waktu itu.
Aku tertarik oleh senyummu.
Oleh ceritamu.
Kelakuan konyolmu.
Yang mewarnai hari-hariku.

Belasan tahun kemudian, aku tak menyangka kita berjalan bersama di atas hamparan karpet merah, menuju altar pelaminan.

Saat ini, keadaannya sudah berubah lagi.
Kasih yang sudah menjadi dingin.
Dan hampir mati.

Ah.
Buat aku jatuh cinta lagi.
Buat aku merasakan getar itu lagi.
Buat aku tergila-gila padamu lagi.
Buat aku tertawa lagi.

Aku rindu kamu.
Rindu kamu.

Perih

Tenggelam dalam rasa ini.
Mencoba meresapi setiap perih yang terasa.
Hatiku luka.
Namun tak berdarah.
Hatiku sakit.
Walaupun tidak bertanda.

Hanya aku dan Engkau, Tuhan.
Dan si manusia bodoh ini datang lagi.
Meminta kekuatanMu yang sudah Kau tawarkan sejak dulu.

Hanya Kau yang mengerti benar apa yang kurasakan.
Hanya Engkau, sang pembuat hati rapuhku.

Masih adakah kesempatan kedua?
Masihkah, Tuhan?
Dan...
Apakau aku bisa?

Di titik terendah dalam hidupku aku sekarang.
Mencoba berdiri dan berlari mengejar.
Namun ragu apakah ia akan kembali menoleh untukku.
Hampir sirna kekuatanku.

Bisa kembalikah seperti dahulu
Keadaan aku dan kamu.

Aku tercekat, terdiam dalam kebisuan hati.
Mencoba mendengar suara pengharapan yang biasanya mengisi relung hati.
Namun ia diam, tak berucap.
Aku tak dapat mendengarMu.
Aku sudah berlari terlalu jauh...

Mencoba meyakinkan pengharapan terakhir yang kupunya.
Dia berdiri di sampingku.
Memegang tangan kananku.
Menuntunku ke mana harus melangkah.
Ia menopang waktu aku hanpir jatuh dan tak kuat lagi berdiri.
Dan aku meyakinkan diriku sendiri.
Dia ada di sampingku sekarang.
Memelukku saat aku kesepian dan terluka.