Search

10.11.19

Saat Mengasihimu Menjadi Sulit


Saat mengasihimu menjadi sulit,
Aku rindu tetap menjadi rumah hatimu
Tempat kamu berteduh saat hujan
Tempat kamu berlindung saat panas
Tempat kamu selalu kembali pulang saat lelah
Sesulit apapun itu, aku berjanji akan terus mengasihimu
Bahkan jika aku harus mengosongkan diriku sendiri
Bahkan jika semua pengorbananku tak berbalas
Biarkan aku menjadi manusia tak berperasa
Yang akan selalu memberi tanpa meminta kembali

Saat api cinta dan romansa memudar,
Bahkan saat rasa menjadi hambar
Biarkan keputusanku untuk tetap mengasihimu
Bertahan hingga nafas terakhirku
Walau kamu mungkin tak pernah mengerti isi hatiku
Tapi izinkan aku mencintaimu dengan caraku sendiri

Aku tak berharap banyak
Menjadi istri yang kau banggakan? Tidak.
Karena aku masih jauh dari sempurna
Aku hanya ingin mengasihimu
Dengan segala daya yang bisa kuberikan
Hingga suatu hari nanti,
Kamu benar-benar mengerti
Seberapa dalam aku mengasihimu
Walaupun saat itu, mungkin sudah terlambat.

Rindu

Menggurat cerita kita.
Aku di sini.
Kamu di sana.

Menertawakan batas ruang sunyi yang tak pernah bisa kita lewati.
Menyusur tepi waktu yang tak pernah bertemu satu dengan yang lainnya.

Kamu.
Tak perlu tahu berapa butir rinduku yang jatuh membasahi pipi.
Hanya aku dan sepiku.

Kapankah dapat kurasakan lagi hangatnya hatimu.
Yang pernah menggenggam erat memelukku.
Di manakah lagi pertemuan tiada akhir.
Saat kita saling berbagi lebih dari sekedar kata dan cerita.

Kumohon, jangan pernah lelah.
Aku di sini menantimu.
Mengingat bahwa tetes peluhku akan menjadi setitik harapan.

Tetaplah berlari.
Aku menunggumu di garis akhir.
Dan raihlah bahagia.

Pelarian Jiwa



Hujan, kopi, musik, laptop.

4 hal yang paling aku suka.  Mereka adalah pintu masuk jiwaku yang ga pernah dimasuki oleh orang lain selain aku.  Aku bisa bersuara sesuka hatiku.  Di saat-saat tertentu aku bertemu penjaga hatiku disana. Dan aku bisa menumpahkan semuanya tanpa aku ragu dan takut.

Bagiku, hujan adalah benteng yang membuatku aman dalam tempat persembunyianku. Kopi dan musik adalah penenang jiwaku.  Laptop adalah saksi bisuku, di mana semua hati dan perasaanku tercurah dan keluar.

Perasaan memang mudah berubah seperti roller coaster.  Dan entah kenapa aku menikmatinya.  Aku merasa menjadi diriku sendiri yang sebenarnya.  Aku suka menangis, dan setiap butir air yang jatuh dan menetes memiliki berjuta makna yang tidak bisa digantikan dengan kata-kata.  Aku tau, terkadang tidak ada alasan yang cukup logis mengapa aku menangis.  Tapi itu memberikan hatiku kelegaan dan kosong lagi.  Untuk siap diisi lagi dengan hal-hal baru.  Aku meninggalkannya di sana, karena aku tidak merasa perlu menyimpannya lagi.

Memiliki cinta terkadang tidak selalu membuat kita merasa utuh menjadi diri kita yang sebenarnya.  Dan aku merasa menjadi diriku sendiri saat aku tidak bersama dirinya.  Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik yang dia inginkan di depannya, karena aku ingin menjadi yang terbaik baginya.  Namun di saat aku lelah, aku bersembunyi ke tempat pelarianku dan menangis di sana. 

Namun aku tau, pengorbananku tidak pernah sia-sia.  Aku ingin mencapai mimpiku bersamanya.  Menjadi orang yang paling bisa dia andalkan.  Menjadi yang terbaik yang dia banggakan.  Seberapa keras aku berjuang, aku akan mengejarnya.

Ketika Aku Dan Kamu Menjadi Kita

Saat kecil dulu, aku seringkali membayangkan, pria seperti apa yang akan aku nikahi nanti.  Apa yang sedang dia lakukan sekarang, dan seperti apakah nanti kita akan bertemu.

Ketika beranjak dewasa, setiap ada pria yang mendekatiku, hati kecilku berkata, "Mungkin dia.". Lalu kemudian kita berteman.  Dan aku diberikan kesempatan mengenal lebih dalam seperti apa mereka.  Terkadang aku bertemu dengan pria yang romantis seperti pangeran dalam mimpiku, namun ia terlalu sensitif.  Jadi aku menjauhinya.  Aku juga pernah bertemu dengan pria pemimpin seperti yang kukagumi, namun ternyata rasa cintaku tak ada di sana.  Ada juga pria yang sangat nyaman untuk aku berbagi, namun tidak ada chemistry apapun yang terjadi di antara kita.

Sampai aku bertemu kamu.  Pria phlegmatis yang sangat simpel, easy going, dan cuek, dan periang.  Sama sekali bukanlah lelaki dalam daftar idealismeku.  Namun justru Tuhan menumbuhkan rasa cinta dalam hati kita berdua.  Bukan dalam semalam rasa itu tumbuh, namun butuh tujuh tahun untukku hingga aku merasakannya.

Sejak kali pertama kita bertemu, aku tidak menyangka pertemuan itu begitu penting hingga akhirnya kamu menjadi sepenting ini sekarang.  Pertanyaanku terjawab sudah.  Ternyata kamu yang akan menjadi teman hidupku hingga akhir usia nanti.  Ternyata kamu yang akan aku lihat pertama setiap bangun pagi.  Ternyata aku yang diberikan kesempatan untuk merawatmu saat sudah tua nanti.

Bagiku sekarang, bahagiamu adalah hidupku.  Setiap detak jantungmu adalah detik berharga untukku.  Setiap nafas hidupmu adalah yang selalu kusyukuri dalam hari-hariku.  Tidak pernah aku menyangka bahwa cinta adalah sebuah kekuatan yang mengubah kehidupan seseorang.  Cinta mengubur egoku dan membuatku memberikan yang terbaik kepada orang yang kucintai.

Ternyata cinta tidak datang saat aku mencarinya.  Ia datang saat aku siap.  Ia datang saat aku sedang sibuk mengembangkan kehidupanku menjadi lebih baik.  Aku bertemu saat ia juga sedang mempersiapkan hidupnya.  Hingga pada saatnya kita bertemu di sebuah titik pertemuan, kita siap untuk saling bergandeng tangan dan berjalan bersebelahan menuju satu titik yang sama: masa depan.

Ketika aku, dan kamu... Menjadi kita. 

Berbeda

Aku tau kita berbeda.
Namun aku juga tau bahwa kita sama-sama saling mengasihi.
Hanya dengan cara yang berbeda.

Selama ini, aku salah.
Selalu memaksa mengungkapkan cinta dengan caraku.
Dan menuntut kamu mengungkapkannya dengan caraku pula.

Lalu kemudian aku memaksa diriku untuk mengungkapkan cintaku dengan caramu.
Hingga di satu titik, aku merasa tercengang dan tidak lagi mengenali siapa diriku.
Aku menjadi bukan diriku lagi.

Aku lelah. Dan aku merasa memakai topengku setiap hari.
Di sudut hati kecilku, harapan bertemu sisi melankolismu tetap tersimpan rapi di sana.
Siapa tahu, suatu hari nanti Tuhan mengabulkan keinginanku yang terakhir sebelum aku menutup mata.

Aku ingin menjadi diriku sendiri.
Dan bisakah aku mencintaimu dengan caraku sendiri,
tanpa harus menuntutmu membalas ungkapan itu.
Persetan dengan caraku, atau caramu.

Jika aku harus memilih antara mencintai atau dicintai,
biarkan aku belajar membuang egoku dan memilih untuk mencintai daripada dicintai.

Izinkan aku menjadi diriku yang dulu.
Yang mencintaimu dengan segala usaha dan kekuatanku, sepenuh hatiku, seluruh jiwa dan raga yang kuhabiskan untukmu.

Promise

To the one I love the most...


You are the strongest man I've ever known.
Kamu adalah batu karang yang tetap tegak berdiri ketika ombak menghempasmu kencang.
Kamu adalah pohon yang kokoh tak bergeming ketika angin kencang menghadang.
Walaupun memang bukan karena kekuatanmu, namun aku bersyukur bahwa Tuhan masih memegang tanganmu.

Satu hal yang tidak pernah aku ragukan.
Bahwa tidak ada satu tetes airpun yang berani jatuh jika Tuhan tidak menghendakinya.
Walaupun mungkin puzzle teka teki ini belum kita temukan, namun aku tetap mau menggantungkan harapku padaNya.
Suatu hari nanti kita akan bergandeng tangan di atas bukit sambil tersenyum melihat keindahannya saat matahari sore mulai terbenam.

Tetaplah menjadi seperti lelakiku yang pernah dan selalu kukenal.
Karena kamulah inspirasiku untuk tetap berdiri di sampingmu apapun yang terjadi.
Kamulah yang membuat aku tetap tegak berdiri di sebelahmu hingga hari ini.
Kamu adalah alasanku tetap kuat dan terus maju.

Jangan pernah kehilangan harapan.
Karena setiap detik hidupmu adalah harapan bagiku.
Jika harapanmu lenyap, maka hidupku pun akan lenyap.

I can't help you much.
It is too bad that I can't give you the solution and just holding your hands with faith and hope.
Yang bisa aku lakukan hanya doa, dan sebuah janji untuk terus memegang tanganmu, mengikutimu melangkah kemanapun kamu pergi.

Setiap detak jantungmu adalah nafas hidupku.
Kamu, yang kusayangi dengan segenap hatiku.
Jangan pernah lepaskan aku, apapun yang terjadi.

Topeng

Mencintai diri sendiri itu terkadang bukan perkara mudah untukku.  Seringkali aku merasa membohongi diriku sendiri.  Aku menyalahkan diriku sendiri yang mudah menangis dan terlalu moody.  Aku tidak menyukai diriku yang terlalu memuja-muja romantisme.  Dan entah sudah berapa tahun aku memakai topengku terus menerus.

Tidak dapat aku sangkal, bahwa sebagus apapun topeng yang aku kenakan, diriku yang sebenarnya tidak seperti itu.  Dan seringkali aku lelah dan ingin melepas topengku sesaat.  Itu hanya bisa kulakukan di tempat persembunyianku.  Dan mencurahkan semua kebohonganku tentang diriku sendiri hanya kepada Tuhan.

Bukan tanpa alasan jika aku akhirnya menikah dengan seorang yang kebalikan denganku. Aku tau ini Tuhan. Mungkin Tuhan ingin membentuk aku.  Namun pada kenyataannya tidak semudah itu mengubahnya.  Yang bisa kulakukan hanya mengenakan topeng itu dan melepasnya sejenak ketika aku merasa lelah.

Aku takut.  Takut sekali.  Ketika seseorang yang selalu kuharapkan dalam imajinasiku itu datang ke tempat persembunyianku, dan melihatku saat aku melepaskan topengku.  Aku tau, kelemahanku akan dengan mudah kuserahkan padanya.

Ya Tuhan, Kau yang paling tau kelemahanku.  Jangan pertemukan aku dengannya.  Biarkan dia hanya ada dalam anganku selamanya.  Aku tau aku sudah memilih, dan aku percaya aku memilih yang terbaik.  Karena Tuhan yang memberikannya untuk aku.

Apakah salahku, Tuhan, jika aku mendambakan romantisme? Apakah aku salah, jika aku belum bisa mengubahnya.

Andai aku bisa, tapi aku pun belum rela.  Aku menyukainya.  Dan aku tidak mau mengubahnya. Apakah aku perlu mengubahnya? Atau menjadi diriku sendiri tanpa harus lagi mengenakan topeng itu?

Mengapa aku merasa seperti ini? Dan mengapa Engkau mengizinkannya?

Tidak Tuhan, jangan... jangan sampai aku bertemu dia.  Aku tidak siap.  Dan aku tidak mau kehilangan kebahagiaanku saat ini.  Aku mengasihinya. Dan aku tau dia juga mengasihiku.  Walaupun dengan caranya sendiri, bukan seperti yang aku harapkan. Tapi aku tau, dan aku menyimpannya dalam hatiku.

Walau sakit rasanya, ketika aku ingin mengungkapkannya untuknya, tapi tidak bisa.  Hanya dapat kusimpan sendiri.  Dan hanya bisa menjadi angan-angan.

Aku tau, seperti aku ingin melepas topengku, aku tidak ingin dia memakai topengnya di depanku.  Karena aku tau rasanya bagaimana harus menggunakan topeng itu setiap hari.  Walaupun aku berharap dia bisa berubah dan keajaiban cinta terjadi.  Tapi aku sadar, kalau sampai aku menutup mataku pun dia tidak bisa menjadi seperti harapku, aku akan tetap mengasihi dan mencintainya dengan seluruh ragaku.

Aku Adalah Aku

Aku adalah aku.
Yang selalu menangis bersama hujan.

Aku adalah aku.
Seperti pelangi yang jatuh dan mencari keutuhan hatinya.

Aku adalah aku.
Bintang kecil yang berusaha menerangi kegelapan malam.

Aku adalah aku.
Berusaha menjadi cinta yang menjadi alasan seseorang tersenyum.

Aku adalah aku.
Berlari dan bersembunyi di tempat pelarianku.

Cinta.
Tak pernah padam di hatiku.
Walau tak pernah kutunjukkan padamu.

Biarkan aku jadi seperti angin.
Sehingga kamu bisa merasakannya.

Merasuk hingga masuk dalam jiwamu.
Dan bernaung dalam ragamu.

Kesunyian adalah temanku.
Dan keheningan adalah tempat peresembunyianku.

Ketika malam datang, hanya bintang yang mengerti hatiku.
Ketika pagi menjelang, hanya embun pagi yang menyimpan rahasia hatiku.

Padamu cinta, kugantung harapku.
Karena aku tahu, hanya dirimu yang bisa memberiku bahagia.

Bahagia

Bahagia versi dunia mungkin punya pasangan yg romantis dan keluarga yang harmonis. Punya pekerjaan dgn gaji besar dan bisa beli apa aja yg diinginkan. Ga pernah punya wishlist karena apapun yg diinginkan bisa langsung dibeli kapanpun. Ga akan pernah tau rasanya sedih ga diperhatiin. Terlalu senang karena dimanjain sama suami. 

Bahagia versi aku?

Dulu aku pikir begitu. Tapi setelah dipikir2 lagi, bahagia itu ketika aku bisa berjalan di samping Tuhan, memegang tanganNya yg memimpin aku berjalan ke arah yg Dia mau. Bahkan waktu aku harus melewati gua kegelapan, aku ga akan pernah takut  karena aku memegang tanganNya. Ketika aku memiliki Tuhan, mau aku kehilangan perhatian suami, mau aku kehilangan pekerjaan, aku tau ini cuma sementara. Aku percaya sebentar lagi Tuhan akan bawa aku keluar dari kegelapan ini. Bahagia bukan soal siapa dan bagaimana dan kenapa. Bahagia karena aku memegang tanganNya dan berjalan mengikuti arahNya.