Search

10.11.19

Ketika Aku Dan Kamu Menjadi Kita

Saat kecil dulu, aku seringkali membayangkan, pria seperti apa yang akan aku nikahi nanti.  Apa yang sedang dia lakukan sekarang, dan seperti apakah nanti kita akan bertemu.

Ketika beranjak dewasa, setiap ada pria yang mendekatiku, hati kecilku berkata, "Mungkin dia.". Lalu kemudian kita berteman.  Dan aku diberikan kesempatan mengenal lebih dalam seperti apa mereka.  Terkadang aku bertemu dengan pria yang romantis seperti pangeran dalam mimpiku, namun ia terlalu sensitif.  Jadi aku menjauhinya.  Aku juga pernah bertemu dengan pria pemimpin seperti yang kukagumi, namun ternyata rasa cintaku tak ada di sana.  Ada juga pria yang sangat nyaman untuk aku berbagi, namun tidak ada chemistry apapun yang terjadi di antara kita.

Sampai aku bertemu kamu.  Pria phlegmatis yang sangat simpel, easy going, dan cuek, dan periang.  Sama sekali bukanlah lelaki dalam daftar idealismeku.  Namun justru Tuhan menumbuhkan rasa cinta dalam hati kita berdua.  Bukan dalam semalam rasa itu tumbuh, namun butuh tujuh tahun untukku hingga aku merasakannya.

Sejak kali pertama kita bertemu, aku tidak menyangka pertemuan itu begitu penting hingga akhirnya kamu menjadi sepenting ini sekarang.  Pertanyaanku terjawab sudah.  Ternyata kamu yang akan menjadi teman hidupku hingga akhir usia nanti.  Ternyata kamu yang akan aku lihat pertama setiap bangun pagi.  Ternyata aku yang diberikan kesempatan untuk merawatmu saat sudah tua nanti.

Bagiku sekarang, bahagiamu adalah hidupku.  Setiap detak jantungmu adalah detik berharga untukku.  Setiap nafas hidupmu adalah yang selalu kusyukuri dalam hari-hariku.  Tidak pernah aku menyangka bahwa cinta adalah sebuah kekuatan yang mengubah kehidupan seseorang.  Cinta mengubur egoku dan membuatku memberikan yang terbaik kepada orang yang kucintai.

Ternyata cinta tidak datang saat aku mencarinya.  Ia datang saat aku siap.  Ia datang saat aku sedang sibuk mengembangkan kehidupanku menjadi lebih baik.  Aku bertemu saat ia juga sedang mempersiapkan hidupnya.  Hingga pada saatnya kita bertemu di sebuah titik pertemuan, kita siap untuk saling bergandeng tangan dan berjalan bersebelahan menuju satu titik yang sama: masa depan.

Ketika aku, dan kamu... Menjadi kita. 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.